Masalah ini hampir mengenai siapa saja. Holitosis atau bau
mulut sering kali menjadi pertanda adanya penyakit kronis tertentu.
Bisa sakit gula, sinusitis, pengerasan hati, atau gangguan fungsi
ginjal. Namun, yang paling sering justru menyangkut gigi dan gusi.
Penyebab bau mulut bisa amat sederhana dan langsung. Petai, jengkol,
duren, bawang putih, siapa yang tahan? Tetapi karena tidak bersifat
permanen dan penyebabnya jelas, penderita pun tidak serius
memikirkannya.
Kebiasaan anak kecil memasukkan benda-benda asing, seperti kertas tisu, ke dalam hidungnya, juga dapat mengakibatkan terkumpulnya bakteri pada sumbatan tisu itu, sehingga setelah beberapa lama dapat menimbulkan bau. Bau itu tidak selalu hanya pada hidung, bahkan seolah-olah dari sekujur tubuhnya.
Manis menusuk
Namun sering kali, bau mulut merupakan gejala dari kelainan organik akibat penyakit kronis. Bila dokter yang telah berpengalaman mencium bau manis menusuk ketika memasuki kamar dengan sederet penderita, ia akan segera menduga adanya penderita sirosis (pengerasan hati) yang sudah mencapai tahap menjelang koma. Gangguan lever yang kronis sering menyebabkan holitosis (bau mulut) akibat metabolisme protein dan lemak tidak berjalan semestinya lantaran terganggunya fungsi hati. Maka dari komponen-komponen itu terbentuk metabolik yang dapat dikeluarkan lewat saluran pernapasan dengan bau spesifik.
Gangguan fungsi ginjal juga menyebabkan halitosis. Pada penderita terdapat kadar ureum yang tinggi, yang kemudian beredar dalam darah. Melalui proses kimiawi, dihasilkan amoniak yang berbau menyengat itu. Komponen ini kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan. Maka bau mulut penderita sedikit ke arah aroma amoniak.
Pada penderita diabetes pun, bila gula darahnya tak terkontrol dan mungkin juga tinggi, bisa timbul halitosis. Baunya pun khas.
Bau mulut bisa juga disebabkan oleh penyakit yang tidak kronis. Misalnya saja gangguan paru-paru. Pasien bronkhitis kronis, dengan penyakit paru-paru obstruksi di mana biasanya telah terjadi infeksi-infeksi sekunder, biasanya juga menderita holitosis.
Gangguan THT, misalnya seseorang yang mengalami sinusitis berat atau tonsilitis, juga demikian. Bahkan penyakit maag pun dapat menimbulkan bau mulut, bila penyakit itu karena kuman Helicobacter pylory. Ini akibat peranan kuman itu dalam metabolisme amoniak. Hidup dalam lingkungan basa, ia sendiri mengandung enzim uriase yang dapat mengubah amoniak.
Yang menarik, pada 30% pasien yang datang berkonsultasi karena keluhan holitosis, masalahnya bersumber pada kejiwaan. Pasien yang mengalami depresi dan memasuki tahap neurosis, akan mengalami bermacam gejala. Salah satunya, hilangnya kepercayaan diri. Ia merasa orang menghindarinya saat dia berbicara lalu mengira penyebabnya pasti karena bau mulutnya.
Yang pasti, holitosis juga sering dialami jika orang sulit buang air besar karena produk metabolisme oleh kuman-kuman usus terhadap sisa-sisa makanan tertumpuk, kemudian timbul gas-gas yang memberikan bau tak sedap itu.
Namun, diakui bahwa penyebab holitosis yang paling umum justru gigi. Maklum saja, gigi termasuk organ tubuh yang kurang diperhatikan dengan baik. Kecenderungan malas berobat ke dokter gigi dapat ditemui di semua lapisan masyarakat, termasuk yang berpendidikan baik. Rupanya, perasaan takut pada pencabutan gigi, misalnya, masih menghinggapi banyak orang. Maka kalau ada keluhan sakit gigi sering mengambil jalan termudah, yaitu minum obat analgetik alias pengurang rasa sakit. Padahal gigi berlubang yang tak terawat dengan baik akan membentuk abses. Bakteri yang hidup di dalamnya pasti akan memetabolisasikan jaringan-jaringan mati di situ, yang akhirnya akan menimbulkan bau.
Rajin rawat gigi
Jadi apa yang harus dilakukan seandainya kita sudah mendapat konfirmasi dari orang lain, bahwa memang mulut kita berbau? Sebelum ke ahli yang lain, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter gigi. Bila tidak menemukan masalah pada gigi dan mulut, saatnya kita berkonsultasi ke dokter spesialis THT. Bila belum juga ditemukan masalahnya, barulah ke dokter ahli penyakit dalam karena dikhawatirkan bau mulut itu merupakan bagian dari kelainan organ dalam tubuh.
Ketika akan berkonsultasi ke dokter gigi, jangan gunakan obat kumur, obat pengharum mulut, merokok, mengunyah permen, makan, dan minum. Usahakan bau yang nanti dihadapi oleh dokter gigi, memang bau yang tipikal kita idap, sehingga pelacakan sumber baunya dapat dilakukan dengan benar. Pada orang dengan gigi dan gusi yang sehat, bau itu biasanya berasal dari bagian terbelakang lidah. Dokter gigi dapat melakukan pengecekan dengan mengusapkan sendok plastik ke daerah ini. Kalau benar di situ sumbernya, akan dianjurkan untuk membersihkannya dengan sikat gigi atau alat khusus pengerok lidah.
Kadangkala bau mulut disebabkan oleh gusi yang tidak sehat, terutama bila mengusap bagian antara gigi dan gusi menimbulkan bau tak sedap. Meski dokter gigi akan memberikan cara perawatan khusus sesuai kondisi yang diderita pasien, kita sendiri sebagai pasien memegang peranan besar dengan melakukan perawatan yang baik setiap hari. Karena itu dianjurkan untuk:
Kebiasaan anak kecil memasukkan benda-benda asing, seperti kertas tisu, ke dalam hidungnya, juga dapat mengakibatkan terkumpulnya bakteri pada sumbatan tisu itu, sehingga setelah beberapa lama dapat menimbulkan bau. Bau itu tidak selalu hanya pada hidung, bahkan seolah-olah dari sekujur tubuhnya.
Manis menusuk
Namun sering kali, bau mulut merupakan gejala dari kelainan organik akibat penyakit kronis. Bila dokter yang telah berpengalaman mencium bau manis menusuk ketika memasuki kamar dengan sederet penderita, ia akan segera menduga adanya penderita sirosis (pengerasan hati) yang sudah mencapai tahap menjelang koma. Gangguan lever yang kronis sering menyebabkan holitosis (bau mulut) akibat metabolisme protein dan lemak tidak berjalan semestinya lantaran terganggunya fungsi hati. Maka dari komponen-komponen itu terbentuk metabolik yang dapat dikeluarkan lewat saluran pernapasan dengan bau spesifik.
Gangguan fungsi ginjal juga menyebabkan halitosis. Pada penderita terdapat kadar ureum yang tinggi, yang kemudian beredar dalam darah. Melalui proses kimiawi, dihasilkan amoniak yang berbau menyengat itu. Komponen ini kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan. Maka bau mulut penderita sedikit ke arah aroma amoniak.
Pada penderita diabetes pun, bila gula darahnya tak terkontrol dan mungkin juga tinggi, bisa timbul halitosis. Baunya pun khas.
Bau mulut bisa juga disebabkan oleh penyakit yang tidak kronis. Misalnya saja gangguan paru-paru. Pasien bronkhitis kronis, dengan penyakit paru-paru obstruksi di mana biasanya telah terjadi infeksi-infeksi sekunder, biasanya juga menderita holitosis.
Gangguan THT, misalnya seseorang yang mengalami sinusitis berat atau tonsilitis, juga demikian. Bahkan penyakit maag pun dapat menimbulkan bau mulut, bila penyakit itu karena kuman Helicobacter pylory. Ini akibat peranan kuman itu dalam metabolisme amoniak. Hidup dalam lingkungan basa, ia sendiri mengandung enzim uriase yang dapat mengubah amoniak.
Yang menarik, pada 30% pasien yang datang berkonsultasi karena keluhan holitosis, masalahnya bersumber pada kejiwaan. Pasien yang mengalami depresi dan memasuki tahap neurosis, akan mengalami bermacam gejala. Salah satunya, hilangnya kepercayaan diri. Ia merasa orang menghindarinya saat dia berbicara lalu mengira penyebabnya pasti karena bau mulutnya.
Yang pasti, holitosis juga sering dialami jika orang sulit buang air besar karena produk metabolisme oleh kuman-kuman usus terhadap sisa-sisa makanan tertumpuk, kemudian timbul gas-gas yang memberikan bau tak sedap itu.
Namun, diakui bahwa penyebab holitosis yang paling umum justru gigi. Maklum saja, gigi termasuk organ tubuh yang kurang diperhatikan dengan baik. Kecenderungan malas berobat ke dokter gigi dapat ditemui di semua lapisan masyarakat, termasuk yang berpendidikan baik. Rupanya, perasaan takut pada pencabutan gigi, misalnya, masih menghinggapi banyak orang. Maka kalau ada keluhan sakit gigi sering mengambil jalan termudah, yaitu minum obat analgetik alias pengurang rasa sakit. Padahal gigi berlubang yang tak terawat dengan baik akan membentuk abses. Bakteri yang hidup di dalamnya pasti akan memetabolisasikan jaringan-jaringan mati di situ, yang akhirnya akan menimbulkan bau.
Rajin rawat gigi
Jadi apa yang harus dilakukan seandainya kita sudah mendapat konfirmasi dari orang lain, bahwa memang mulut kita berbau? Sebelum ke ahli yang lain, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter gigi. Bila tidak menemukan masalah pada gigi dan mulut, saatnya kita berkonsultasi ke dokter spesialis THT. Bila belum juga ditemukan masalahnya, barulah ke dokter ahli penyakit dalam karena dikhawatirkan bau mulut itu merupakan bagian dari kelainan organ dalam tubuh.
Ketika akan berkonsultasi ke dokter gigi, jangan gunakan obat kumur, obat pengharum mulut, merokok, mengunyah permen, makan, dan minum. Usahakan bau yang nanti dihadapi oleh dokter gigi, memang bau yang tipikal kita idap, sehingga pelacakan sumber baunya dapat dilakukan dengan benar. Pada orang dengan gigi dan gusi yang sehat, bau itu biasanya berasal dari bagian terbelakang lidah. Dokter gigi dapat melakukan pengecekan dengan mengusapkan sendok plastik ke daerah ini. Kalau benar di situ sumbernya, akan dianjurkan untuk membersihkannya dengan sikat gigi atau alat khusus pengerok lidah.
Kadangkala bau mulut disebabkan oleh gusi yang tidak sehat, terutama bila mengusap bagian antara gigi dan gusi menimbulkan bau tak sedap. Meski dokter gigi akan memberikan cara perawatan khusus sesuai kondisi yang diderita pasien, kita sendiri sebagai pasien memegang peranan besar dengan melakukan perawatan yang baik setiap hari. Karena itu dianjurkan untuk:
- Periksakan gigi ke dokter gigi secara teratur.
- Bersihkan sela-sela gigi dengan dental floss, pilih yang netral tanpa pengharum. Cek baunya. Bersihkan lagi kalau berbau.
- Gosok gigi dan bersihkan gusi secara teratur.
- Banyak minum.
- Kunyah permen karet bebas gula selama 1 - 2 menit, terutama bila mulut terasa kering. Bisa juga kunyah daun peterselli, bunga cengkih, atau biji adas.
- Berkumur dan gosok gigi setelah makan atau minum produk susu, ikan, dan daging.
- Tanyakan kepada dokter gigi, obat kumur mana yang secara klinis telah terbukti efektivitasnya dalam melawan bau mulut. Paling baik menggunakannya di saat menjelang tidur malam.
- Makan lalap sayuran segar yang berserat.
- Tidak merokok karena mempertinggi risiko timbulnya bau mulut.
- Jika Anda memakai gigi palsu, saat malam hari rendam gigi palsu dalam cairan antiseptik, kecuali bila dokter gigi Anda melarangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
™Komentar Anda Bisa Membuat Perubahan™