Obat analgetik atau bahasa simpelnya
adalah obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa nyeri pada tubuh. Dalam
perkembangan ilmu Farmakologi (enaknya ditambahin kata ilmu walaupun sebenarnya
istilah farmakologi sudah mencakup ilmu) obat analgetik ini terbagi pada
dua kategori besar yakni Obat Analgetik Narkotik dan Obat Analgetik
Non-Narkotik.
Indikasi:
Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:
- Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
- Nyeri karena tumor atau kolik.
- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
- Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.
Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:
- Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.
- Nyeri karena tumor atau kolik.
- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.
- Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.
Memilih Obat Analgetika tanpa Resep
Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk mengatasi sakit kepala, demam,dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep.Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan analgetika.
Berdasarkan lokasi asalnya, nyeri dapat dikatagorikan menjadi beberapa kelas yaitu: nyeri somatik, viseral, dan neuropatik. Nyeri somatik adalah nyeri yang berlokasi di sekitar otot atau kulit, umumnya berada di permukaan tubuh. Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi di dalam rongga dada atau rongga perut. Sedangkan nyeri neuropatik terjadi pada saluran saraf sensorik.
Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk mengatasi sakit kepala, demam,dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep.Jika digunakan dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan banyaknya macam obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat, sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan dengan analgetika.
Berdasarkan lokasi asalnya, nyeri dapat dikatagorikan menjadi beberapa kelas yaitu: nyeri somatik, viseral, dan neuropatik. Nyeri somatik adalah nyeri yang berlokasi di sekitar otot atau kulit, umumnya berada di permukaan tubuh. Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi di dalam rongga dada atau rongga perut. Sedangkan nyeri neuropatik terjadi pada saluran saraf sensorik.
Kondisi yang menyebabkan nyeri viseral antara lain adalah iskemia
(kekurangan darah) pada organ atau jaringan tubuh (seperti pada penyakit angina
ectoris/serangan jantung), kejang otot perut, regangan fisik suatu organ,
regangan pada usus, dan sebagainya yang semuanya terjadi di dalam rongga perut
atau dada. Tidak seperti nyeri somatik, nyeri viseral ini umumnya tidak dapat
dirasakan secara tepat lokasinya, kadang terasa seperti di berbagai tempat pada
kulit atau otot, tapi sebenarnya berada di dalam rongga badan.
Obat analgetika tanpa resep biasanya digunakan untuk nyeri akut dan sering juga digunakan untuk terapi tambahan pada penyakit-penyakit kronik yang diikuti rasa nyeri. Namun belum terbukti babhwa obat ini bisa menyembuhkan nyeri neuropatik.
Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan parasetamol, golongan salisilat meliputi aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium salisilat, cholin salisilat; dan golongan turunan asam propionat seperti ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen.
Karena memiliki sifat farmakologis yang mirip, golongan salisilat dan turunan asam propionat digolongkan sebagai obat anti inflamasi non-steroid (AINS). Obat-obat ini tersedia dalam berbagai merek, termasuk sebagai obat generik, dan sering dikombinasikan dengan obat atau bahan tambahan seperti kafein. Obat-obat ini juga banyak dijumpai dalam komposisi obat-obat batuk, pilek dan flu.
Obat-obat AINS memiliki sifat analgetika (penghilang nyeri), antipiretika (turun panas), dan antiinflamasi (anti bengkak/radang). Dengan dosis yang berbeda, dapat diperoleh efek yang berbeda. Dosis untuk efek analgetika biasanya lebih rendah dibanding untuk antiinflamasi.
Obat analgetika tanpa resep biasanya digunakan untuk nyeri akut dan sering juga digunakan untuk terapi tambahan pada penyakit-penyakit kronik yang diikuti rasa nyeri. Namun belum terbukti babhwa obat ini bisa menyembuhkan nyeri neuropatik.
Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan parasetamol, golongan salisilat meliputi aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium salisilat, cholin salisilat; dan golongan turunan asam propionat seperti ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen.
Karena memiliki sifat farmakologis yang mirip, golongan salisilat dan turunan asam propionat digolongkan sebagai obat anti inflamasi non-steroid (AINS). Obat-obat ini tersedia dalam berbagai merek, termasuk sebagai obat generik, dan sering dikombinasikan dengan obat atau bahan tambahan seperti kafein. Obat-obat ini juga banyak dijumpai dalam komposisi obat-obat batuk, pilek dan flu.
Obat-obat AINS memiliki sifat analgetika (penghilang nyeri), antipiretika (turun panas), dan antiinflamasi (anti bengkak/radang). Dengan dosis yang berbeda, dapat diperoleh efek yang berbeda. Dosis untuk efek analgetika biasanya lebih rendah dibanding untuk antiinflamasi.
Perbandingan keampuhan
Obat-obat AINS juga lebih efektif untuk nyeri yang berkaitan dengan inflamasi (seperti nyeri gigi, nyeri akibat sengatan matahari, dan gangguan rematik) jika digunakan dalam dosis untuk antiinflamasi dosis. Parasetamol bahkan tidak memiliki efek antiinflamasi, hanya analgetika dan antipiretik.
Obat-obat AINS juga lebih efektif untuk nyeri yang berkaitan dengan inflamasi (seperti nyeri gigi, nyeri akibat sengatan matahari, dan gangguan rematik) jika digunakan dalam dosis untuk antiinflamasi dosis. Parasetamol bahkan tidak memiliki efek antiinflamasi, hanya analgetika dan antipiretik.
Ada beberapa kondisi
kesehatan yang harus diperhatikan dalam pemilihan obat analgetika, antara lain:
Gangguan ginjal.
Gangguan ginjal.
Prostaglandin berperan dalam fungsi ginjal
dan sistem darah. Risiko yang mungkin terjadi adalah terjadinya gangguan
elektrolit, kegagalan ginjal akut, gagal ginjal kronis, dan nephropati. Risiko
ini lebih banyak dijumpai pada penggunaan obat AINS nonsalisilat yang lama.
Pasien dengan gangguan ginjal sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam
penggunaan analgetika ini.
Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Penggunaan obat AINS dalam waktu lama
dapat menyebabkan gangguan kontrol tekanan darah pada pasien berpenyakit
kardiovaskuler. Meskipun aspirin dosis rendah (50-325 mg per hari) kini
direkomendasikan untuk beberapa penyakit kardiovaskuler (iskemia akibat stroke,
infark jantung, dll), diperlukan pemantauan yang ketat dari dokter atau
apoteker.
Diabetes melitus.
Diabetes melitus.
Pasien diabetes umumnya termasuk kelompok
yang berisiko tinggi terhadap efek samping penggunaan obat AINS, karena mereka
mempunyai toleransi terhadap nyeri yang lebih rendah dibandingkan orang normal,
sehingga mereka umumnya membutuhkan analgetika lebih banyak. Karena pasien
diabetes umumnya juga berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal fase terminal,
penggunaan obat analgetika harus hati-hati dan dimonitor oleh dokter atau
petugas kesehatan lainnya.
Gangguan saluran pencernaan.
Gangguan saluran pencernaan.
Obat-obat AINS dapat menyebabkan
komplikasi saluran pencernaan seperti dispepsia, radang lambung, luka lambung,
perdarahan lambung dan secara sistemik dengan penghambatan sintesis
protaglandin. Radang lambung adalah efek lokal yang dapat terjadi pada dosis
rendah, sedangkan perlukaan lambung biasanya terjadi akibat penghambatan prostaglandin
secara sistemik dan sering kali tanpa gejala sebelumnya.
Pasien yang berisiko tinggi terhadap komplikasi serius saluran cerna akibat AINS (seperti luka lambung, perdarahan,).
Pasien yang berisiko tinggi terhadap komplikasi serius saluran cerna akibat AINS (seperti luka lambung, perdarahan,).
adalah mereka yang punya riwayat gangguan
lambung, yang berusia lebih dari 60 tahun, dan mereka yang menggunakan secara
bersamaan obat-obat lain seperti kortikosteroid, antikoagulan dan nikotin.
Faktor risiko tambahan antara lain adalah jika menggunakan aspirin dan obat
AINS lainnya dalam kombinasi, dan menggunakan aspirin dan obat AINS lainnya
dengan alkohol. Parasetamol merupakan pilihan yang paling aman untuk pasien
dengan gangguan saluran cerna.
Penyakit hati.
Penyakit hati.
Walaupun relatif tidak banyak terjadi,
efek samping pada hati berkisar dari ringan sampai fatal dapat ditemui pada
penggunaan analgetika. Salisilat bisa menyebabkan keracunan akut jika
konsentrasi obat dalam darah tinggi, terutama jika pasien telah memiliki
gangguan fungsi hati (seperti pada hepatitis) atau demam rematik. Pada peminum
alkohol berat, risiko terjadinya keracunan hati bisa meningkat dengan pemakaian
parasetamol yang berlebihan.
Asma.
Kira-kira 20% pasien asma berpotensi terhadap
risiko reaksi alergi (hipersensitif) setelah penggunaan aspirin. Pasien yang
mempunyai riwayat polip hidung atau rinitis, gatal-gatal, dan alergi lain
terhadap aspirin sebaiknya menghindari penggunaan obat tersebut. Natrium
salisilat dan parasetamol merupakan alternatif yang baik.
Gangguan penggumpalan darah.
Pasien dengan gangguan
penggumpalan darah seperti hemofilia, trombositopenia, uremia dan sirosis harus
menghindari pemakaian obat AINS. Mereka yang berusia lanjut dan yang
mengkonsumsi alkohol secara reguler dan minum obat antikoagulan bisa mengalami
pendarahan yang lebih lama, karena itu harus berhati-hati dalam menggunakan
obat AINS.Di antara semua produk obat AINS, salisilat nonasetil merupakan
pilihan karena tidak memiliki efek yang besar terhadap fungsi platelet. Namun,
parasetamol umumnya masih merupakan pilihan yang aman untuk kondisi pasien
dengan gangguan penggumpalan darah.
Kelebihan asam urat.
Banyak pasien rematik/gout menggunakan analgetik
untuk menghilangkan nyeri. Salisilat pada dosis harian sebesar 1-2 gram
menghambat pengeluaran asam urat melalui ginjal dan akibatnya meningkatkan
konsentrasi urat pada plasma darah yang dapat memperparah kondisi. Pada bayi dan anak-anak, keamanan dan
efektifitas obat analgetika tergantung pada dosis yang tepat. Idealnya, dosis
dihitung berdasarkan pada berat badan, dan obat harus diberikan dengan cara
yang tepat agar semua obat bisa terminum, karena anak kecil umumnya sulit untuk
anak sesuai dengan umurnya.
Bahaya Obat Analgetik dan Antipiretik
Bahaya Obat Analgetik dan Antipiretik
Untuk mengatasi demam dan
nyeri digunakan obat yang dikenal dengan analgetik dan antipiretik. Obat
Analgetik dan Antipiretik memiliki mekanisme kerja yang sama. Para ahli
menggolongkannya dalam satu kelompok obat, karena memiliki fungsi yang sama
hanya saja susunanya berbeda. Mekanisme kerja obat analgetik dan antiperetik
adalah untuk menghambat kerja enzim siklookcygenasi (COX), Enzim yang berperan
dalam mengubah asam arakhidonat menjadi prostaglandin.
Efek Samping
Gangguan Saluran Cerna.
Selain
menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat
menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan cairan(mukus) sehingga
mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung
yang bisa merusak.
Gangguan Hati( hepar).
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah
parasetamol. Untuk penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat
lain.
Gangguan Ginjal.
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak
pada ginjal. Karena prostaglandin
berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan
homeostasis.
Reaksi Alergi.
Penggunaan
obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa rinitis
vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
Saran Penggunaan
v Perhatikan zat aktif obat
v Waspadai jika sedang menggunakan obat
lain.
v Penderita penyakit maag, gangguan
hati dan gangguan ginjal sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
v Perhatikan Lama Penggunaan
Analgetik
Kuat dan Lemah
Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan
fungsi sistem saraf secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit
tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai
ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul,
analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik
non-narkotik
1. Analgetik
Narkotik
Obat Analgetik Narkotik
merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin.
Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat
ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang
hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat Analgetik Narkotik ini
biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada kasus
patah tulang dan penyakit kanker kronis.
Aktivitas analgetik narkotik
jauh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik, sehingga disebut
juga analgetik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euphoria sehingga
banyak disalahgunakan. Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara
cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom
abstinence atau gejala withdrawal. Sedangkan kelebihan dosis dapat menyebabkan
kematian karena terjadi depresi pernapasan.
Efek analgesik dihasilkan oleh
adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal
cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa
mengantuk.Berdasarkan struktur kimianya, analgetik narkotik dibagi menjadi 4
kelompok :
1. TurunanMorfin
Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek analgetik yang lebih rendah daripada morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan kecanduan. Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. Heroin menyebabkan kecanduan dan digolongkan ke dalam obat terlarang.
Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek analgetik yang lebih rendah daripada morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan kecanduan. Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. Heroin menyebabkan kecanduan dan digolongkan ke dalam obat terlarang.
Codein (kodein)
Golongan
|
Sediaan
|
Penyakit/indikasi
|
Alasan
penggunaan
|
Penghilang
nyeri golongan opioid (analgesik opioid)
|
Tablet: 30 mg
(fosfat)
|
Penghilang
nyeri opioid potensi rendah untuk nyeri rignan samapi sedang
|
Indikasi:
Nyeri ringan
sampai sedang
Kontraindikasi
:
Depresi napas,
penyakit paru obstruktif, serangan asma akut
Perhatian
:
Gangguan hati
dan ginjal; ketergantungan; kehamilan; menyusui; overdosis
Kehamilan dan
meyusui :
Kehamilan :
v
Trimester 3 : menekan pernapasan neonates; efek
putus obat pada neonates dengan ibu yang tergantung obat; risiko henti kerja
lambung dan aspirasi pneumonia pada ibu selama persalinan
Menyusui :
v
Jumlah terlalu sedikit untuk berbahaya; namun
ibu memiliki keberagaman dalam memetabolisme codein- risiko overdosis morfin
pada bayi
Interaksi
: opioid analgesik
Alkohol
|
Meningkatkan
efek hipotensif dan sedasi saat opioid analgesik diberikan bersama alkohol
|
Antibakterial
|
Kadar
alfentanil dalam darah ditingkatkan oleh eritromisin; hindari premedikasi
dengan opioid anlagesik disarankan oleh pabrik ciprofloxacin, mengurangi
kadar ciprofloxacin dalam darah saat ciprofloxacin sebagai antibiotik profilaksis;
rifampicin meingkatkan metabolism metadon, mengurangi efek
|
Antikoagulan
|
Tramadol
meningkatkan efek antikoagulan koumarin; dextropropoxyphene mungkin
meningkatkan efek antikoagulan koumarin
|
Antidepresan
|
Kadar
konsentrasi metadon dalam darah mungkin ditingkatkan fluvoxamin; mungkin
meningkatkan efek serotoninergik saat petidin atau tramadol diberikan dengan
duloxetine; mungkin eksitasi atau depresi system saraf pusat-SSP (hipertensi
atau hipotensi) saat opioid alanlgesik diberikan dengan MAOI, hindari
penggunaan bersama dan 2 minggu setelah berhenti MAOI; eksitasi atau depresi
SSP (hipertensi atau hipotensi) saat petidin diberikan dengan MAOI, hindari
penggunaan bersama dan 2 minggu setelah berhenti MAOI; mungkin eksitasi SSP
atau depresi (hipertensi atau hipotensi) saat opioid analgesik diberikan
dengan meclobemide; mungkin eksitasi SSP atau depresi (hipertensi atau
hipotensi) saat dextrometorphan atau petidin diberikan dengan
meclobemide, hindari penggunaan bersama; menignkatkan risiko toksisitas SSP
saat tramadol diberikan dengan SSRI atau trisiklik; efek sedasi mungkin
meningkat saat analgesik opioid diberikan dengan trisiklik
|
Antiepilepsi
|
Kadar metadon
dalam darah diturunkan oleh carbamazepin; dextropropoxyphen meningkatkan efek
carbamazepin; efek tramadol diturunkan oleh carbamazepin; fenitoin
meningkatkan metabolism metadon, mengurangi efek dan risiko reaksi putus obat
|
Antijamur
|
Ketokonazol
menghambat metabolism buprenorphin, kurangi dosis buprenorphin; metabolism
fentanil dihambat oleh flukonazol, risiko depresi napas lebih lama atau lebih
lambat muncul; kadar fentanil dalam darah mungkin ditingkatkan oleh
flukonazol dan itrakonazol; vorikonazol meningkatkan kadar alfentanil dan
metadon dalam darah, pertimbangkan menurunkan dosis alfentanil dan metadon
|
Antihistamin
|
Efek sedasi
mungkin meningkat saat analgesik opioid diberikan dengan antihistamin
sedative
|
Antipsikotik
|
Meningkatkan
efek sedasi dan hipotensi saat analgesik opioid diberikan dengan
antipsikotik; meningkatkan risiko kejang saat tramadol diberikan dengan
antipsikotik
|
Antiviral
|
Kadar metadon
mungkin diturunkan oleh abacavir dan nevirapin; kadar metadon dalam darah
diturunkan oleh efavirenz, fosemprenavir, melfinavir, dan ritonavir;
ritonavir meningkatkan kadar dextropropoxyphen, ririko toksisitas hindari
penggunaan bersama; kadar buprenorphin dalam darah mungkin ditingkatkan oleh
ritonavir;kadar petidin dalam darah dikurangi oleh ritonavir, tetapi kadar
metabolit toksik petidin dalam darah meningkat, hindari penggunaan bersamaan;
ritonavir mungkin mengurangi kadar morfin dalam darah, meningkatkan kadar
fentanil dalam darah; metadon mungkin meningkatkan kadar zidovudin dalam
darah
|
Ansiolitik dan
hipnotik
|
mengingkatkan
efek sedasi saat analgesik opioid diberikan dengan ansiolitik dan hipnotik
|
Atomoxetine
|
Meningkatkan
risiko aritmia ventricular saat metadon diberikan dengan atomoxetine; mungkin
meningkatkan risiko kejang saat tramadol diberikan dengan atomoxetine
|
Penyekat beta
|
Morfin mungkin
meningkatkan kadar esmolol dalam darah
|
Penyekat kanal
kalsium
|
Metabolism
alfentanil dihambat oleh diltiazem, risiko depresi napas lebih lama atau
terlambat untuk muncul
|
Domperidone
|
Analgesik
opioid melawan efek domperidon pada kerja saluran cerna
|
Dopaminergik
|
Risiko
toksisitas SSP saat petidin diberikan dengan rasagiline, hindari petidin 2
minggu setelah rasagiline; hindari penggunaan bersama dextrometorphan dengan
rasagiline; hiperpireksia dan toksisitas SSP dilaporkan saat petidin
diberikan dengan selegiline, hindari penggunaan bersama; perhatian dengan
tramadol disarankan pabrik selegiline
|
5HT3 antagonis
|
Efek tramadol
mungkin dilawan oleh ondansetron
|
Memantine
|
Meningkatkan
risiko toksisitas SSP saat dextrometorphan diberikan dengan memantine (pabrik
memantine menyarankan penghindaran pemakaian bersama)
|
Metoclopramide
|
Analgesik
opioid melawan efek metoclopramide pada efek saluran cerna
|
Obat untuk
ulkus
|
Metabolism
analgesik opioid dihambat oleh cimetidine, mengingkatkan kadar dalam darah
|
Dosis :
Nyeri
ringan sampai sedang, per oral, DEWASA 30-60 mg tiap 4 jam bila perlu, maksimal
240mg/hari; ANAK 1-12 tahun, 0.5-1 mg/kg tiap 4-6 jam bila perlu; maksimal 240
mg sehari
Cara
pelarutan dan pemberian :
Efek yang
tidak diinginkan :
Konstipasi
bis menyulitkan pada penggunaan jangka panjang; pusing, mual, muntah; kesulitan
BAK; spasme ureter atau saluran empedu; mulut kering, sakit kepala,
berkeringat, pelebaran pembuluh darah di wajah; pada dosis terapi, kodein lebih
rendah kemungkinan darpada morfin untuk menyebabkan toleransi, ketergantungan,
euphoria, sedasi atau efek yang tidak diinginkan lainnya
Kodein
suatu golongan opium alam yang banyak digunakan di Amerika Serikat. Nama lain
obat satu ini adalah methylmorphine. Dinamakan seperti itu karena kodein
diperoleh dari morfin yang melalui proses metilasi.
ternyata kodein
merupakan prodrug. Berdasarkan apoteker di saluran pencernaan kodein akan
diubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu morfin (5-10%) dan sisanya akan menjadi
bentuk bebas atau terkonjugasi dan membentuk kodein-6-glukoronida (70%),
norkodeina (10%), hidromorfona (1%). Kodein merangsang reseptor dalam SSP maka
dapat menekan refleks batuk.
Sediaan
yang dijual di pasaran dalam bentuk tablet dan cairan. Data dari
medicatheraphy.com bahwa dosis untuk obat batuk untuk dewasa 10-20 mg PO tiap
4-6 jam (maksimum 120 mg / hari).Untuk anak-anak (6-12 tahun): 5-10 mg PO tiap 4-6 jam (maksimum 60 mg / hari). Sedangkan
anak-anak (2-6 tahun): 2,5-5 mg PO tiap 4-6
jam(maksimum30mg/hari).
Alkaloid yang tersebar luas ini umumnya sering dikombinasi dengan obat-obat lainnya. Kodein sebagai penawar rasa sakit dapat digabung dengan aspirin atau asetominophen (Tylenol). Sedangkan kodein cair sebagai penawar sakit batuk (antitussif) menggunakan Robitussin AC, cheracol, dan elixer terpen hidrat .
Alkaloid yang tersebar luas ini umumnya sering dikombinasi dengan obat-obat lainnya. Kodein sebagai penawar rasa sakit dapat digabung dengan aspirin atau asetominophen (Tylenol). Sedangkan kodein cair sebagai penawar sakit batuk (antitussif) menggunakan Robitussin AC, cheracol, dan elixer terpen hidrat .
efek samping,
yaitu euforia, gatal, mual, muntah, mengantuk, mulut kering, miosis, hipotensi
ortostatik, retensi urin, depresi dan sembelit . Serta bagi beberapa orang yang
alergi dapat menyebabkan ruam.asalkan pemakaian sesuai dengan dosis yang
dianjurkan dan tidak digunakan dalam jangka waktu yang panjang, maka kodein
tidak akan berbahaya.
Obat Valium Punya Cara Kerja yang Sama dengan Heroin
Geneva,
Peneliti berhasil mengetahui cara kerja valium dalam otak. Valium, zat kimia
yang biasa dipakai sebagai obat penenang ternyata punya cara kerja yang sama
dengan heroin atau morfin pada otak. Itulah yang menyebabkan orang yang
mengonsumsi obat ini menjadi ketergantungan.
Diazpam atau yang lebih dikenal sebagai valium akan meningkatkan level hormon dopamin di otak, sama halnya dengan obat-obatan yang bikin kecanduan. Penemuan yang dipublikasikan dalam Journal Nature ini membantu menjelaskan mengapa beberapa orang selalu ingin mengonsumsi obat itu lagi dan lagi.
Diazpam atau yang lebih dikenal sebagai valium akan meningkatkan level hormon dopamin di otak, sama halnya dengan obat-obatan yang bikin kecanduan. Penemuan yang dipublikasikan dalam Journal Nature ini membantu menjelaskan mengapa beberapa orang selalu ingin mengonsumsi obat itu lagi dan lagi.
Diazepam
adalah obat yang dibuat oleh perusahaan farmasi asal Swiss, yaitu Hoffmann-La
Roche pada tahun 1963. Diazepam yang masih berada dalam satu grup dengan obat
benzodiazepines menjadi obat yang populer di kalangan pecandu karena dianggap
sebagai heroin yang murah.
Dr Christian Luscher dan rekannya dari University of Geneva mengatakan, sebuah zat kimia yang disebut GABA (gamma aminobutyric acid) akan diproduksi dalam otak ketika seseorang mengonsumsi obat diazepam (valium). Zat tersebut akan meningkatkan level hormon dopamin dalam otak dan membuat seseorang merasa lebih tenang dan nyaman.
Dr Christian Luscher dan rekannya dari University of Geneva mengatakan, sebuah zat kimia yang disebut GABA (gamma aminobutyric acid) akan diproduksi dalam otak ketika seseorang mengonsumsi obat diazepam (valium). Zat tersebut akan meningkatkan level hormon dopamin dalam otak dan membuat seseorang merasa lebih tenang dan nyaman.
Hal
itu juga yang terjadi pada para pecandu heroin atau morfinNamun efek kecanduan
tersebut tergantung kemampuan mengikat reseptor GABA yang disebut dengan
subunit. Jadi beberapa obat dari golongan benzodiazepines lainnya yang tidak
mengikat reseptor itu tidak akan membuat kecanduan.
Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah).
Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
Diazepam (valium) paling banyak digunakan untuk mengobati penyakit insomnia, gelisah, kejang-kejang dan lainnya. Meski demikian, baik benzodiazepines yang ada saat ini dan benzodiazepines baru akan sama-sama memiliki efek candu. Oleh karena itu obat baru tanpa efek candu perlu dikembangkan lagi.
Obat Diazepam (Valium)
Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah).
Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
Diazepam (valium) paling banyak digunakan untuk mengobati penyakit insomnia, gelisah, kejang-kejang dan lainnya. Meski demikian, baik benzodiazepines yang ada saat ini dan benzodiazepines baru akan sama-sama memiliki efek candu. Oleh karena itu obat baru tanpa efek candu perlu dikembangkan lagi.
Obat Diazepam (Valium)
Diazepam
adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan
alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.
Diazepam dan
benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric
acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh
sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak.
Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan
gangguan jiwa lainnya.
Diazepam tidak
boleh dijual bebas, tetapi harus melalui resep dokter.
Efek
samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia
(kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi
paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung,
depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang
jarang dari diazepam.
Diazepam dapat
menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan
dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap
diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit
tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau
lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang.
Oleh karena itu,
setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap,
dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
2. TurunanMeperidin
Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan kodein,sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. Sedangkan loperamid mempunyai efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular usus, sehingga digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut dan kronis.
Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan kodein,sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. Sedangkan loperamid mempunyai efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular usus, sehingga digunakan sebagai konstipan pada kasus diare akut dan kronis.
Penggunaan
Antimotilitas (Loperamid ) pada Diare Akut Akibat Infeksi
Di Indonesia
penyakit diare merupakan penyakit endemis dan tahunan yang biasa menyerang
ketika musim hujan tiba. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebersihan lingkungan disekitarnya sehingga ketika ada salah
satu warga terkena diare akan menyebar ke warga yang lain.
Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam, yang berlangsung kurang atau paling lama 15
hari. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai
lendir dan darah. Diare terbagi menjadi 2 berdasarkan mula dan lamanya yaitu
diare akut dan diare kronik. Dalam keadaan
normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari
90%.
Diare
akut adalah diare yang waktu terjadinya gejala tiba-tiba dan berlangsung
singkat (< 48-72 jam) disebabkan oleh infeksi (virus dan bakteri), keracunan
makanan atau obat, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari
3 minggu (orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak 2 minggu, merupakan fase
lanjut dari diare akut. Bakteri penyebab diare antara lain: Shigella, Salmonella,
Campylobacter, Staphylococcus, V. cholerae serta E.
Coli (ETEC dan EIEC), sedangkan virus antara lain: Adenovirus dan Rotavirus.
Secara
klinis diare akut karena infeksi dibagi menjadi 2 golongan.
Pertama, koleriform, dengan diare yang
terutama terdiri atas cairan saja.
Kedua, disentriform, pada diare
didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah. Pasien dengan diare akut
akibat infeksi akan sering mengalami mual, muntah, nyeri perut, dan demam.
Kekurangan cairan akan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering,
tulang pipi menonjol, kulit menjadi keriput serta suara menjadi serak.
Obat
ini tidak boleh diberikan pada anak di bawah usia 2 tahun, karena fungsi
hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk dapat menguraikan obat ini,
begitu pula untuk pasien dengan penyakit hati hati disarankan tidak menggunakan
obat ini.
Loperamide
dapat dikombinasikan dengan antibiotika (amoksisilin, fluoroquinolon,
kotrimoksazol) untuk semua diare akibat infeksi bakteri atau virus kecuali
infeksi Shigella, Salmonella, dan kolitis pseudomembran
karena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat
perpanjangan waktu kontak antara bakteri dan epitel usus. Disamping itu
loperamide juga tidak berinteraksi dengan antibiotika-antibiotika tersebut.
Obat
pilihan :
Nama generik : Loperamide HCl
Nama paten : Imodium (Janssen-Cilag)
Nama dagang Indonesia : Alphamid (Alpharma),
Amerol (Tempo), Antidia (Bernofarm),
Colidium (Solas), Diadium (Lapi), Imomed (Medikon),
Imore
(Soho), Inamid (Nufarindo), Loremid (Meprofarm),
Motilex
(Kalbe Farma), Normudal (Combiphar), Renamid
(Fahrenheit).
Indikasi : untuk pengobatan diare akut dan
diare kronik
Kontraindikasi : hipersensitivitas dengan
loperamid, hambatan peristaltik, bayi
dan anak < 2 tahun, hindari penggunaan sebagai
terapi utama
untuk disentri akut, ulseratif kolitis akut,
bacterial enterocolitis
dan kolitis pseudomembran.
Bentuk sediaan : kaplet dan tablet salut
selaput 2 mg.
Dosis dan aturan pakai : anak-anak : – diare
akut maksimal 16 mg per hari
2-5 tahun (13-20 kg) : 1 mg 3 kali per hari
6-8 tahun (20-30 kg) : 2 mg 2 kali per hari
8-12 tahun (> 30 kg) : 2 mg 3 kali per hari
pemeliharaan : 0,1 mg/kg BB sesudah BAB
- diare kronis maksimal 4-12 mg per hari
< 5 tahun : 1 mg 4 kali per hari
> 5 tahun : 2 mg 4 kali per hari
pemeliharaan : 2 mg per hari sesudah BAB
dewasa : – diare akut, dosis awal 4 mg diikuti 2 mg
sesudah BAB maksimal 16 mg/hari,
- diare kronis dosis awal seperti diare akut
diikuti 4-8 mg/hari sesudah BAB maksimal
16 mg/hari.
Efek samping : nyeri abdominal (perut), mual,
muntah, mulut kering,mengantuk, pusing, ruam kulit, dan megakolon toksik.
Resiko khusus : pada pasien yang sedang hamil
pada trimester pertama resikopenggunaan obat ini adalah termasuk kategori C, di
manapenelitian pada wanita (manusia) belum tersedia. Tidak direkomedasikan
untuk wanita menyusui karena loperamid dapat masuk ke jaringan payudara
(susu).Tidak boleh untuk pasien dengan kolitis ulserativ parah, karenamegakolon
toksik dapat terjadi.
Loperamid
nama dagang
- Amerol
|
- Antidia
|
- Colidium
|
- Diadium
|
- Diasec
|
- Imodium
|
- Imomed
|
- Imore
|
- Imosa
|
- Inamid
|
- Lexadium
|
- Lodia
|
- Loremid
|
- Motilex
|
- Normotil
|
- Normudal
|
- Opox
|
- Oramide
|
- Primodium
|
- Renamid
|
- Xepare
|
- Zeroform
|
- Alphamid
|
dosis
Dosis dewasa
:
Diare akut :
dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap diare berikutnya
sampai dengan 5 hari; dosis lazim 6-8 mg per hari, maksimum 16 mg per hari.
Bila diare akut tidak sembuh / tidak ada perbaikan dalam waktu 2 hari,sebaiknya
pemakaian obat dihentikan.
Diare kronis :
dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap diare hingga diare
terkendali, maksimum 16 mg per hari. Dosis rata-rata untuk pemeliharaan :
titasi dosis sesuai kebutuhan individu, dosis rata-rata per hari 4-8 mg per
oral diminum sebagai dosis tunggal ataupun terbagi, maksimum 16 mg per hari. Jika
tidak ada perbaikan dalam waktu 10 hari dengan pemberian 16 mg per hari,
pemakaian obat dihentikan.
Dosis anak-anak
:
Diare akut :
usia 2-6 tahun (13–20 kg) : 1 mg per oral tiga kali sehari; usia 6–8 tahun
(20–30 kg) : 2 mg per oral dua kali sehari; usia 8–12 tahun (> 30 kg) : 2 mg
per oral tiga kali sehari.
Diare kronis :
dosis terapeutik pada anak-anak belum ditetapkan / tidak diijinkan untuk diare
kronis pada anak-anak4, tetapi dosis 0,08-0,24 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis
terbagi telah digunakan.
Di Inggris,
tidak diijinkan untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia 4 tahun, sedangkan
di Amerika, tidak diijinkan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun.
indikasi
Pengobatan
simptomatik diare akut; terapi tambahan untuk rehidrasi dalam diare akut pada
dewasa dan anak-anak di atas 4 tahun; diare kronis khusus untuk dewasa.
kontraindikasi
Hipersensitivitas
terhadap Loperamid. Nyeri abdominal tanpa adanya diare. Tidak boleh diberikan
pada kondisi dimana hambatan peristaltik harus dihindari, terutama pada kondisi
ileus atau konstipasi. Loperamid tidak boleh digunakan sebagai terapi utama
pada kondisi:
(i) bacterial
enterocolitis, yang antara lain disebabkan oleh organisme Salmonella, Shigella,
dan Camphylobacter;
(ii) disentri
akut;
(iii) Ulcerative
colitis akut;
(iv)
Pseudomembranous colitis yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik spektrum
luas. Bayi / anak-anak di bawah 2 tahun.
efek samping
Nyeri abdominal,
mual, muntah, konstipasi, mulut kering, pusing, sakit kepala, reaksi kulit
seperti kemerahan dan gatal, rasa lelah (fatigue)
interaksi
Dengan Obat
Lain :
Loperamid
meningkatkan absorpsi gastrointestinal Desmopressin. Interaksi major :
Saquinavir (probable). Interaksi moderate : Gemfibrozil (established),
Itraconazole (established).
Dengan
Makanan : -
mekanisme kerja
Loperamid
merupakan turunan sintetis Pethidine yang dapat menghambat motilitas usus dan
juga mengurangi sekresi gastrointestinal.6 Loperamid diyakini bekerja dengan
cara mengganggu mekanisme kolinergik dan non kolinergik yang terlibat dalam
refleks peristaltik, menurunkan aktivitas otot circular dan longitudinal pada
dinding usus.
bentuk sediaan
Kapsul 2 mg, Film Coated Tablet/Tablet 2 mg, Kaplet 2 mg
parameter monitoring
Kapsul 2 mg, Film Coated Tablet/Tablet 2 mg, Kaplet 2 mg
parameter monitoring
Perbaikan dalam
konsistensi feses dan frekuensi defekasi. Pada terapi jangka panjang, perlu
ditentukan status cairan dan elektrolit secara periodik. Nyeri abdomen, mual,
konstipasi. Toksisitas SSP (Sistem Saraf Pusat) pada pasien dengan gangguan
hati.
stabilitas
penyimpanan
Disimpan pada
suhu kamar, dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Larutan
oral stabil pada pH 2,1-9,7. Disarankan agar larutan oral tidak dicampur dengan
atau diencerkan dengan pelarut / solven lainnya.
informasi pasien
Penggantian
cairan dan elektrolit sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan, terutama pada kasus
diare berat. Pasien diminta untuk memeriksakan diri ke dokter jika selama 2
hari pemakaian Loperamid masih mengalami diare atau gejala bertambah buruk,
timbul demam, pembengkakan perut.
3. TurunanMetadon
Contoh : metadon. Metadon mempunyai aktivitas analgetik 2 kali morfin dan 10 kali petidin. Seperti petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan.
Contoh : metadon. Metadon mempunyai aktivitas analgetik 2 kali morfin dan 10 kali petidin. Seperti petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan.
Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw)
atau morfin, tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya
disediakan pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin
yang dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.
Efek Samping :
Walaupun metadon biasanya ditoleransi
dengan baik, kadang klien mengalami efek samping:
• mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah beberapa hari
• mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah beberapa hari
sembelit: seperti opiat lain, gizi dan
olahraga dapat membantu
• keringat: dapat muncul sebagai efek samping
• amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur
• libido: metadon dapat menurunkan gairah seksual
• kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran
• keringat: dapat muncul sebagai efek samping
• amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur
• libido: metadon dapat menurunkan gairah seksual
• kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran
Metadon
Berinteraksi dengan Obat Lain.
Tetapi beberapa obat dapat mempengaruhi efek metadon. Jadi petugas klinik metadon seharusnya selalu memantau penggunaan obat lain oleh kliennya. Bila setelah mulai memakai obat lain klien mengalami sakaw atau sedasi, sebaiknya takaran metadon disesuaikan. Sebaliknya, setelah obat tersebut dihentikan, takaran metadon harus disesuaikan lagi.
Tetapi beberapa obat dapat mempengaruhi efek metadon. Jadi petugas klinik metadon seharusnya selalu memantau penggunaan obat lain oleh kliennya. Bila setelah mulai memakai obat lain klien mengalami sakaw atau sedasi, sebaiknya takaran metadon disesuaikan. Sebaliknya, setelah obat tersebut dihentikan, takaran metadon harus disesuaikan lagi.
Garis Dasar
Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai untuk mengganti heroin. Terapi rumatan metadon merupakan program harm reduction atau pengurangan dampak buruk penularan HIV/AIDS melalui penggunaan narkotik suntik.
Karena ada interaksi antara metadon dengan beberapa obat yang dipakai oleh Odha (Orang dengan HIV AIDs), petugas klinik metadon harus mengetahui bila klien mulai memakai obat baru, atau berhenti memakainya, agar takaran metadon dapat disesuaikan bila dibutuhkan.
Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai untuk mengganti heroin. Terapi rumatan metadon merupakan program harm reduction atau pengurangan dampak buruk penularan HIV/AIDS melalui penggunaan narkotik suntik.
Karena ada interaksi antara metadon dengan beberapa obat yang dipakai oleh Odha (Orang dengan HIV AIDs), petugas klinik metadon harus mengetahui bila klien mulai memakai obat baru, atau berhenti memakainya, agar takaran metadon dapat disesuaikan bila dibutuhkan.
Obat Metadon
Asma
Air Bersih
Boraks berbahaya bila digunakan untuk makanan
SINONIM BORAKS :
Natrium biborat, Natrium piroborat, Natrium tetraborat. Nama dipasaran dikenal
dengan nama pijer,Uyah Bleng (sunda), Bleng dan Air Ki. Warnanya putih dan
larut dalam air. Penggunaan boraks hanya untuk bahan solder,bahan pembersih,
pengawet kayu, anti septik kayu dan pengontrol kecoa
Formalin
Tujuannya untuk
mengawetkan makanan agar tidak cepat basi. Makanan yang tidak terjual dapat
bertahan lebih lama sehingga kerugian yang fatal bisa dihindari. Namun entah
disadari atau tidak bahaya mengancam konsumen seperti muntah muntah sampai yang
lebih fatal yaitu kematian.
Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang serius, karena sampai dengan tahun 2008 angka kesakitan DBD terus meningkat. Jumlah kasus DBD perhari 374 kasus. Jumlah kemataian DBD cukup tinggi dibanding angka kematian penyakit lain, pada tahun 2008 dilaporkan 1.170 orang meninggal karena DBD, setiap hari penderita meninggal karena DBD 3-4 orang.
Rabies
Rabies (Penyakit
Anjing Gila) merupakan suatu penyakit endemic hampir diseluruh dunia termasuk
Indonesia. Penyakit Rabies di Indonesia ditemukan baik dikota, maupun di
pedesaan dengan sumber penularan utama anjing, kucing dan kera, hewan piaraan
yang sangat erat hubunhgannya dengan manusia. Penyakit ini sebenarnya merupakan
penyakit hewan, tetapi kadang kadang ditularkan pada manusia melalui gigitan binatang.
4. Turunan Lain-lain
Contoh : tramadol. Tramadol merupakan analgetik kuat dengan aktivitas 0,1 – 0,2 kali morfin. Meskipun efeknya melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan depresi pernapasan.
Contoh : tramadol. Tramadol merupakan analgetik kuat dengan aktivitas 0,1 – 0,2 kali morfin. Meskipun efeknya melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan depresi pernapasan.
TRAMADOL
Indikasi :
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti tersebut di bawah ini:
- Nyeri akut dan kronik yang berat.
- Nyeri pasca bedah.
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti tersebut di bawah ini:
- Nyeri akut dan kronik yang berat.
- Nyeri pasca bedah.
Kontra indikasi :
Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).
Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.
Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).
Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.
Komposisi :
Tiap kapsul mengandung:
Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg
Tiap kapsul mengandung:
Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg
Cara kerja obat :
TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Efek
samping :
Sama
seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat
terjadi: mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus,
berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering dan sakit kepala.
Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti insidens ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.
Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti insidens ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.
Perhatian :
Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat meningkatkan resiko kejang atau syok.
Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan. TRAMADOL tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk agonis opiat, TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin. TRAMADOL sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.
0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).TRAMADOL dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat meningkatkan resiko kejang atau syok.
Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan. TRAMADOL tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk agonis opiat, TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin. TRAMADOL sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.
0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).TRAMADOL dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
Lama
pengobatan :
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang diperlukan.
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang diperlukan.
Interaksi obat :
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti: tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek analgesiknya.
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti: tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.
Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek analgesiknya.
Dosis :
Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan respon klinis dari penderita.
Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:
Dosis tunggal: 1 kapsul.
Dosis perhari: hingga 8 kapsul.
Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL lagi, setalah selang waktu 30 - 60 menit.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan respon klinis dari penderita.
Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:
Dosis tunggal: 1 kapsul.
Dosis perhari: hingga 8 kapsul.
Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL lagi, setalah selang waktu 30 - 60 menit.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Kemasan :
Dus isi 5 strip @ 10 kapsul.
Dus isi 5 strip @ 10 kapsul.
Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis : kapsul
Produsen
: PT Sanbe Farma
2. Obat Analgetik
Non-Narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik
dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik
atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda
halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Analgetik non-narkotik
digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga
sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat
enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan
dalam stimulus nyeri dan demam. Karena itu kebanyakan analgetik non-narkotik juga
bekerja antipiretik.
Beberapa golongan analgetik non-narkotik antara
lain sebagai berikut.
1.
Turunan Anilin
dan Para-aminofenol. Contoh : asetaminofen
(analgetik dan antipiretik)
PANADOL
EKSTRA
ü
Indikasi
:
Untuk meringankan sakit kepala: migraine (sakit kepala sebelah)
Kontra Indikasi:
Pada penderita yang hipersensiitif terhadap acetaminophen dan caffeine, pada penderita dengan gangguan fungsi hati, reaksi sensitivitas jarang terjadi diawali dengan reaksi dermatologis seperti urtikarea, eritema, atau erupsi.
Komposisi:
Setiap kaplet mengandung acetaminophen 400 mg dan caffein 65 mg
Cara Kerja Obat:
Acetaminophen berkhasiat analgesik, yang timbul karena efek depresi selektif terhadap alat persepsi rasa sakit pada telamus dan hipotalamus disusunan saraf pusat. Aktifitas analgesiknya sebading dengan acetosal.
Caffeine merupakan stimulansistem syaraf pusat yang dapat memperlihatkan sifat-sifat tertentu seperti stimulasi jantung, diuretik, dan relaksasi otot polos.
Kombinasi acetaminophen-caffeine dapat meningkatkan efikasi analgesik.
Panadol Extra merupakan suatu produk non acetosal yang dirancang untuk memberikan efek peredaan nyeri.
Efek Samping:
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
Perhatian:
Untuk meringankan sakit kepala: migraine (sakit kepala sebelah)
Kontra Indikasi:
Pada penderita yang hipersensiitif terhadap acetaminophen dan caffeine, pada penderita dengan gangguan fungsi hati, reaksi sensitivitas jarang terjadi diawali dengan reaksi dermatologis seperti urtikarea, eritema, atau erupsi.
Komposisi:
Setiap kaplet mengandung acetaminophen 400 mg dan caffein 65 mg
Cara Kerja Obat:
Acetaminophen berkhasiat analgesik, yang timbul karena efek depresi selektif terhadap alat persepsi rasa sakit pada telamus dan hipotalamus disusunan saraf pusat. Aktifitas analgesiknya sebading dengan acetosal.
Caffeine merupakan stimulansistem syaraf pusat yang dapat memperlihatkan sifat-sifat tertentu seperti stimulasi jantung, diuretik, dan relaksasi otot polos.
Kombinasi acetaminophen-caffeine dapat meningkatkan efikasi analgesik.
Panadol Extra merupakan suatu produk non acetosal yang dirancang untuk memberikan efek peredaan nyeri.
Efek Samping:
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
Perhatian:
ü
Panadol Extra jarang menghasilkan efek samping.
Biasnya ditoleransi dengan baik oleh pasien yang sensitif dengan acetosal.
ü
Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
ü
Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
menurut nasihat dokter.,/li>
Hentikan penggunaan obat ini bila rasa sakit menetap lebih dari 5 hari, harap konsultasi ke dokter.
Hentikan penggunaan obat ini bila rasa sakit menetap lebih dari 5 hari, harap konsultasi ke dokter.
ü
Selama minum obat ini, minumlah sedikit mungkin
cola yang mengandung caffein, (misal: kopi, teh, cola), sebab caffein yang
terlalu banyak mungkin menyebabkan gelisah, iritabilitas, sukar tidur dan
jantung berdebar.
ü
Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan,
karena dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
ü
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita
penyakit ginjal.
Dosis
dan Aturan Pakai:
Dosis yang dianjurkan adalah 1 - 2 kaplet ditelan dengan air, 3 atau 4 kali sehari bila gejala membandel.
Jangan lebih dari 8 kaplet selama 24 jam.
Jangan diberikan pada anak-anak di bawah 12 tahun kecuali di bawah pengawasan dokter.
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan di bawah 30 derajat C.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Dosis yang dianjurkan adalah 1 - 2 kaplet ditelan dengan air, 3 atau 4 kali sehari bila gejala membandel.
Jangan lebih dari 8 kaplet selama 24 jam.
Jangan diberikan pada anak-anak di bawah 12 tahun kecuali di bawah pengawasan dokter.
Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan di bawah 30 derajat C.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Jenis:
Tablet
Produsen:
PT Glaxo Smith Kline
TEMPRA
Kandungan
asetaminofen dalam beberapa jenis sediaan obat dan kekuatannya:
Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg, 125 mg, 300 mg, 600 mg
- Tablet kunyah : 80 mg
- Kekuatan normal : 325 mg
- Kekuatan ekstra : 500 mg
- Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh
- Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh
- Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL
Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg, 125 mg, 300 mg, 600 mg
- Tablet kunyah : 80 mg
- Kekuatan normal : 325 mg
- Kekuatan ekstra : 500 mg
- Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh
- Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh
- Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL
Asetaminofen
adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah
besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi
dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk
suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak
yang belum mencapai masa puber, jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang
berumur lebih dari 12 tahun, overdosis asetaminofen bisa menyebakban kerusakan
hati.
Gejala
keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:
1.
Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampak gejala
2. Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal
3. Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati
4. Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.
2. Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal
3. Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati
4. Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.
Gejalanya
lainnya yang mungkin ditemukan:
- berkeringat
- kejang
- nyeri atau pembengkakan di daerah lambung
- nyeri atau pembengkakan di perut bagian atas
- diare
- nafsu makan berkurang
- mual dan/atau muntah
- rewel
- koma.
Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi asetaminofen.
- berkeringat
- kejang
- nyeri atau pembengkakan di daerah lambung
- nyeri atau pembengkakan di perut bagian atas
- diare
- nafsu makan berkurang
- mual dan/atau muntah
- rewel
- koma.
Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi asetaminofen.
KERACUNAN
ASETAMIFON
Lebih dari 100
jenis produk yang mengandung asetaminofen bisa dibeli secara bebas,
tanpa resep dokter. Sediaan untuk anak-anak tersedia dalam bentuk sirup, tablet
dan kapsul.
- Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut: Tylenol
- Anacin-3
- Liquiprin
- Panadol
- Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut: Tylenol
- Anacin-3
- Liquiprin
- Panadol
2.
Turunan
5-pirazolon. Contoh : metamizol (analgetik
dan antipiretik)
3.
Turunan Asam
Salisilat. Contoh : asetosal (analgetik,
antipiretik, antiradang)
PARASETAMOL
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
CARDIO ASPIRIN
Indikasi:
Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan infark jantung (profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI (infark miokard) pada penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang tidak stabil, pencegahan trombosis (profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary bypass, mengurangi risiko serangan TIA (Transient Ischemic Attack).
Kontra Indikasi:
Tablet Cardio Aspirin® salut enterik 100 mg tidak boleh diberikan pada penderita tukak lambung maupun duodeni dan pada pasien dengan tendensi hemoragik yang patologis, penderita hemofilia, penderita gangguan pendarahan lainnya dan penderita yang hipersensitif dengan asetosal.
Komposisi:
Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin® mengandung 100 mg asam asetilsalisilat.
Cara Kerja:
Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam asetilsalisilat yaitu penghambatan ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan penghambatan reversibel dari siklooksigenase di dinding pembuluh darah.
Dosis:
Umumnya diberikan 1 tablet 100 mg/hari. Untuk mengurangi iritasi lambung sebaiknya diminum sesudah makan, tablet ditelan dengan air.
Efek yang Tidak Diinginkan:
Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas (serangan dyspnea, reaksi kulit), jarang terjadi; dapat terjadi berkurangnya trombosit (trombositopenia), peningkatan kadar enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama dan dosis tinggi.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Bayer Indonesia
Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan infark jantung (profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI (infark miokard) pada penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang tidak stabil, pencegahan trombosis (profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary bypass, mengurangi risiko serangan TIA (Transient Ischemic Attack).
Kontra Indikasi:
Tablet Cardio Aspirin® salut enterik 100 mg tidak boleh diberikan pada penderita tukak lambung maupun duodeni dan pada pasien dengan tendensi hemoragik yang patologis, penderita hemofilia, penderita gangguan pendarahan lainnya dan penderita yang hipersensitif dengan asetosal.
Komposisi:
Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin® mengandung 100 mg asam asetilsalisilat.
Cara Kerja:
Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam asetilsalisilat yaitu penghambatan ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan penghambatan reversibel dari siklooksigenase di dinding pembuluh darah.
Dosis:
Umumnya diberikan 1 tablet 100 mg/hari. Untuk mengurangi iritasi lambung sebaiknya diminum sesudah makan, tablet ditelan dengan air.
Efek yang Tidak Diinginkan:
Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas (serangan dyspnea, reaksi kulit), jarang terjadi; dapat terjadi berkurangnya trombosit (trombositopenia), peningkatan kadar enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama dan dosis tinggi.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Bayer Indonesia
ASPIRIN
Indikasi :
Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra Indikasi:
Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia
Deskripsi:
Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Bayer Indonesia
Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra Indikasi:
Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia
Deskripsi:
Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Bayer Indonesia
4.
Turunan
5-pirazolidindion. Contoh : fenilbutazon
(analgetik dan antiradang)
5.
Turunan Asam
N-arilantranilat. Contoh : asam mefenamat
(analgetik dan antiradang)
ASAM MEFENAMAT
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontra Indikasi:
N/A
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontra Indikasi:
N/A
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore :
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia :
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.
Cara Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering.
Kemasan:
Kotak isi 100
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
6. Turunan Asam
Arilasetat. Contoh : ibuprofen dan diklofenak (analgetik, antipiretik, antiradang)
7. Turunan
Oksikam. Contoh : piroksikam (analgetik, antipiretik, antiradang)
PARASETAMOL
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma
terimakasihh bgt yaa buat postingan nya :D
BalasHapusPanjang bangett sampai cape bacanya
BalasHapus